CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 20 April 2013

Kaulah Romeoku

Apa impian gadis SMA yang berumur 16 tahun pada umumnya? Kalau aku banyak sekali! Salah satunya aku ingin punya seorang pacar seperti Romeo dan menjalani kisah cinta yang ekstrim meskipun nantinya berakhir sad ending. Tapi aku benar-benar ingin menjalani kisah cinta yang dramatis itu.
Meskipun sekarang aku sudah punya pacar yang baik hati, tapi aku belum pernah menjalani kisah cinta yang dramatis. Kehidupan yang biasa-biasa itu membosankan. Aku percaya suatu saat nanti aku pasti bisa menjadi Juliet dan pacarku menjadi Romeo.
Pacarku namanya Ryan. Cowok pintar, sopan, polos, agak pendiam, tidak sombong dan rajin menabung. Satu hal yang paling aku suka darinya dia orang yang nekat dan berani. Atas dasar semua itulah aku menerimanya ketika dia menyatakan perasaannya padaku. Dan aku pacaran. Ternyata perasaan cinta yang meledak-ledak itu tak bertahan lama, yang ada sekarang hanya kisah cinta yang baik-baik saja tanpa masalah. Padahal aku ingin variasi. Entahlah ini semua karena siapa, tapi menurutku ini gara-gara pacarku.
“Mau pulang?” tanya Ryan ketika jam pulang sekolah.
Aku memang mau pulang karena hari ini aku tidak ada ekstra. Tak biasa dia menanyakan hal semacam itu, mungkin saja hari ini dia mau mengantarku pulang. Aku mengangguk dengan penuh harapan.
“Ya, pulang dah sana. Aku hari ini ada ekstra Matematika,” katanya kemudian.
“Ya, aku mau pulang...” kataku menerima kekecewaan. Aku merasa bodoh sekali berharap diantar pulang oleh pacarku sendiri. Menyebalkan!
Ryan tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku senyum padanya meskipun dalam hatiku ingin memaksanya untuk mengantarku pulang.
Lama sekali aku menunggu angkutan umum. Lama!!! Tiba-tiba saja sebuah mobil mewah berhenti di depanku. Dari mobil itu turun dua orang pria berpakaian serba hitam lengkap dengan kaca mata hitam seperti agen rahasia di film-film. Aku heran melihatnya karena aku tidak pernah melihat hal semacam ini sebelumnya dalam kehidupan nyata.
Aku diculik! Dengan cepat dua orang tak dikenal itu memasukkan aku ke dalam mobil. Tolong!!! Tolong aku!!! Dalam batinku sudah berteriak-teriak seperti itu, karena mulutku ditutup jadi tidak bisa berteriak sungguhan. Mobil segera melaju dan aku tidak tau kemana tujuannya. Inikah awal dari kisah dramatisku? Aku sedikit senang karena inilah saatnya impianku menjalani kisah cinta yang dramatis menjadi nyata. Ryan akan menyelamatkan aku dari penjahat-penjahat ini. Keren! Tapi saat ini aku benar-benar dalam bahaya. Tolong!!!
Mulutku akhirnya dibuka. Terang saja setelah itu aku berteriak-teriak. “Tolong!!! Ryan...tolong aku!!!” jeritku di dalam mobil itu.
“Hey, tenang sedikit! Jangan seperti orang gila begitu! Nanti disangkanya aku penculik,” kata seseorang yang takku sadari ternyata ada di sampingku.
Aku menatapnya. Anak cowok ini mungkin sebaya denganku. Penampilannya rapi seperti seorang pangeran atau seorang tuan muda yang kaya raya. Ah, kenapa aku mempermasalahkan hal yang tidak penting seperti itu?
“Kau memang penculik! Dasar penculik!!!” bentakku. “Mau dibawa kemana aku? Kembalikan aku! Tolong!!! Ryan!!!” jeritku lagi.
“Siapa Ryan? Dari tadi kau memanggil nama itu terus,” komentar orang itu.
“Dia Romeoku!” jawabku polos.
“Romeo?”
“Ya”
Aku lalu mencari ponselku di dalam tas bermaksud untuk menelepon Ryan dan menyuruhnya menyelamatkan aku. Orang yang di sampingku diam melihatku. Sepertinya dia tidak keberatan kalo aku menelepon Ryan.
“Kenapa Na?” Itulah kalimat pertama Ryan ketika teleponku diangkat.
“Ryan tolong aku...aku diculik...”
“Apa??? Diculik?”
“Ya, aku diculik...selamatkan aku...”
“Mona jangan bercanda ah, sebentar lagi ekstraku dimulai nih...”
“Bener kok aku diculik...”
Tut...tut tut tut...tut... Teleponku ditutup. Romeoku melarikan diri. Hilang sudah angan-anganku, terbang, pupus di langit biru. Aku melihat orang yang di sampingku tertawa sendiri. Dia pasti menertawakanku.
“Romeomu?” tanyanya.
Aku jadi kesal diledek orang ini. “Tolong!!!” aku berteriak lagi memalingkan kekecewaanku.
“Sudahlah...percuma saja... Oh ya, kau suka ice cream?”
Aku kaget mendengar pertanyaan yang menurutku sama sekali tidak menjurus pada otak-otak kriminal. Ice cream? Tentu saja aku mengangguk. Lalu aku ditrakir ice cream. Aneh sekali, komentarku dalam hati.
“Apa sebenarnya maumu?” tanyaku sambil menjilat-jilat ice cream.
“Menjadikanmu Julietku,” jawabnya.
Mataku membelalak lalu tersedak-sedak entah gara-gara ice creamnya atau gara-gara mendengar perkataannya. “Tapi...aku...”
“Kau sudah jadi Julietnya Ryan?”
“Ya, kau benar!”
Dia tersenyum. “Terserah.! Yang penting aku ingin menjadikanmu Julietku,” katanya kemudian.
Aku diam saja pura-pura tidak menghiraukan perkataannya. Aku tidak mengerti apa sebenarnya yang dia inginkan. Feelingku juga baik-baik saja, jadi semua akan baik-baik saja. Setelah ice creamku habis, aku diantar pulang kerumah. Terakhir aku sempat menanyakan namanya, dia tersenyum dan menjawab,”Romeo”
Tanda tanya besar menancap di kepalaku. Kerisauan hati yang takku inginkan juga bermunculan. Aku bingung setengah mati. Tentang orang aneh bernama Romeo yang tiba-tiba muncul, tentang kekecewaanku pada Ryan dan tentang kisah cintaku yang gagal menjadi kisah sedramatis Romeo dan Juliet.
Di sekolah hari ini aku tidak konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Aku juga mengantuk gara-gara semalam tidak bisa tidur memikirkan hal-hal aneh itu. Aku berharap hari ini tidak akan diculik lagi dan tidak bertemu Romeo yang aneh itu. Usai jam pelajaran aku meminta Ryan untuk mengantarku pulang. Aku takut diculik Romeo aneh itu lagi.
“Mona...aku hari ini ada latihan basket, jadi gak bisa ngantar pulang...”
“Tapi aku takut. Nanti aku diculik lagi...” rengekku.
Ryan malah tertawa.
“Kau tidak percaya padaku?” Aku menatap Ryan.
Ryan membalas tatapanku, tentu saja dengan tatapan yang sama tajamnya dengan tatapanku. Dia terkesan mulai yakin padaku. Lalu Ryan menjawab,”Tidak!”
Aku kembali merengek-rengek. Tapi Ryan tetap menolak.
“Kalo begitu aku akan menunggumu sampai selesai latihan basket,” tawarku.
“Ide bagus! Selesai latihan aku akan mengantarkanmu pulang,” Ryan setuju.
Aku harus menunggu Ryan latihan basket. Tidak masalah, meskipun panas-panasan tapi asik juga. Aku jadi bisa liat Ryan dengan beberapa pose-pose keren ketika dia main basket yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Meskipun aku agak kecewa padanya, tapi kalau melihatnya seperti ini aku benar-benar merasa dialah Romeoku.
Tapi...aku diculik lagi!!! Singkat waktu aku sudah berada di dalam mobil dan duduk di sebelah Romeo. Meskipun tidak sempat berteriak memanggil Ryan, tapi Ryan melihat dengan jelas kalau aku diculik dan aku yakin Ryan akan menyelamatkanku. Mobil melaju kencang disusul motor Ryan yang juga melaju kencang. Aku jadi terharu menyaksikan kejadian ini.
“Siapa yang di belakang itu?” tanya Romeo.
“Romeoku,” jawabku.
“Ryan?” tanyanya lagi.
“Ya,” kataku mantap. “Itu Ryan. Dia akan mencincangmu karena telah menculikku. Ryan tidak akan mengampunimu...”
“Oh ya?”
“Ya!”
“Kau mau ice cream?”
Akhirnya aku ditraktir ice cream lagi. Meskipun kali ini ice creamnya lebih besar, berlapis coklat batang, dan sungguh menggiurkan, tapi aku tidak menghiraukannya. Aku gelisah menunggu kemunculan Ryan yang akan menghajar Romeo menyebalkan ini karena telah menculikku lagi.
Ryan datang. Dengan gagahnya dia berjalan. Jantungku sempat berdegup karena kagum. Dia seorang Romeo sungguhan. Tanpa kata-kata dia menarik tanganku dan mengajakku pergi. Meninggalkan Romeo aneh  yang hanya bisa terpaku dihadapan ice cream spesialnya. Aku dibonceng di motornya. Ini pertamakalinya aku naik motor dengan Ryan. Padahal dia pacarku dan kami sudah pacaran dari sejak lama. Meskipun tidak baik bercakap-cakap ketika mengendarai motor, sedikit pertanyaan setelah peristiwa tadi rasanya tidak apa-apa.
“Sekarang kita kemana?” tanyaku.
“Mengantarmu pulang,” sahut Ryan.
“Yang tadi itu...tidak adakah sedikit pelajaran, semacam pukulan...hantaman...atau apalah...untuk orang yang telah menculikku?”
“Tidak perlu!” jawab Ryan singkat.
“Kenapa?”
“Kekerasan tidak akan membuatku menjadi pahlawan”
“Ya, kau pahlawanku”
“Kau tidak akan aku serahkan pada siapapun”
Aku tersenyum bahagia. Aku benar-benar yakin bahwa Ryan adalah Romeoku. Aku memeluknya dari belakang dan berbisik,”Romeo...”
Kisah cintaku ternyata tidak harus sama persis dengan kisah Romeo dan Juliet yang dramatis itu. Contohnya kisah yang berakhir dengan iringan air mata, sama sekali tidak menyenangkan. Setidaknya dalam kisah cintaku ada senyuman disetiap lembarannya. Aku bisa menerima kisah cinta yang seperti ini dan seorang Romeo yang selalu setia untukku. Tak selamanya hidup selalu membosankan karena suatu saat hal-hal yang benar-benar diimpikan akan terwujud, jika ada rasa percaya. Aku mencintaimu Romeoku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar