Cinta tak
perlu dikejar. Cinta juga tak perlu dicari. Karena orang yang selama ini
membuatku terkagum-kagum berada satu kelas denganku. Awalnya biasa saja, aku
bukan tipe cewe yang memandang cowo dari fisik, jadi cowo keren seperti dia
bagiku biasa-biasa saja. Semenjak hari itu, Selasa dua minggu yang lalu, ketika
hujan turun sepulang sekolah. Teman-teman yang lain rela basah-basahan untuk
pulang, tapi aku tidak. Aku menunggu hujan reda di emperan ruang kelasku.
Hingga hanya aku dan dia yang tersisa menunggu hujan mengijinkan pulang.
“Siapa
namamu?” dia bertanya saat itu.
Aku heran
dengan pertanyaannya. Bukannya aku tak mendengarnya tapi aku kesal pada orang
yang tak ingat nama teman sekelasnya. Aku diam saja.
“Namaku
Joker...kau kenal aku kan?” Dia malah memperkenalkan dirinya setelah aku
diamkan beberapa menit. “Panggil aku Joe,” katanya kemudian.
“Orang aneh!”
“Apa??? Namamu
Aneh? Ha...ha...lucunya...” dia meledekku.
Terpaksa aku
turuti apa maunya, aku jabat tangannya dan memperkenalkan diri. “Namaku
Kartika. Aku sudah enam bulan menjadi teman sekelasmu, tapi baru kali ini aku
bicara padamu dan parahnya kau tak ingat namaku. Ingat baik-baik
ya...kar...ti...ka...!!! Aku, Kartika.”
Dia tersenyum.
“Kar...ti...ka...Kartika! Ya, aku ingat!!!”
Aku menatapnya
jelas. Memang keren. Pantas saja teman-teman cewe di kelasku banyak yang suka
Joker. Tapi, apa aku juga suka orang ini?
Gerimis,
lumayan lama aku dan Joker menunggu hujan reda. Tak pernah kubayangkan
sebelumnya, ternyata Joker asik juga diajak cerita. Dia bercerita banyak
padaku, meskipun bukan cerita serius, tapi aku suka. Dia sungguh menarik.
“Kartika...aku
panggil kamu Ica
aja ya...” Terakhir Joker berkata seperti itu padaku.
“Terserah...”
jawabku.
Hujan
berhenti. Joker pulang. Aku masih terpaku di emperan kelas sendirian. Perasaan
apa ini? Kenapa begitu menyenangkan? Mungkinkah aku mulai tertarik pada Joe?
“Ica , kalo soal nomer empat
pake rumus yang mana?” tanya Joker saat jam istirahat
Sejak saat itu
dia memanggilku Ica. Sejak saat itu pula dia menjadi akrab denganku. Perubahan
singkat ini tentu saja membuat efek pada teman-teman kelasku. Mereka pikir aku
dan Joe pacaran.
“Woi!!! Jangan
bengong aja! Nanti ayam tetangga pada mati lho...ha...ha...Pake rumus yang
mana?” Joe bertanya sekali lagi, memecah lamunanku tentang dirinya.
“Oh...ya...pake
rumus yang ini...begini...lalu begini...” aku menjelaskan penyelesaian soal
Matematika yang dia tanyakan.
Joe
manggut-manggut, mungkin mengerti, mungkin juga dia bingung. Tapi aku senang
jika setiap hari seperti ini. Aku susah mengakuinya, aku benar-benar merasakan
perasaan yang beda, lain dari pada yang lain. Aku jatuh cinta!
Hari-hari
berlalu dengan indahnya. Tentu saja semua itu karena Joe. Tiap pagi dia selalu
menjemputku untuk pergi kesekolah, pulang bareng, ke bioskop, jalan-jalan, beli
ice cream, dan lain-lain. Sungguh menyenangkan.
“Kartika, kamu
sudah jadian ya sama Joker?” tanya Ririn padaku.
Mendengar
pertanyaan Ririn aku jadi salah tingkah. “Belum...” aku menggeleng.
“Kalo belum,
artinya kalian mau jadian...aaa....aaa...” kata Olip menggodaku.
Ririn dan Olip
menertawakanku. Mukaku jadi merona.
“Kartika
beruntung banget ya bisa deket sama Joker. Padahal aku juga naksir Joker. Ya,
tapi kalo Joker sama Kartika aku ga apa-apa sih...aku mengalah
deh...ha...ha...” Ririn menerangkannya padaku.
“Aku juga
naksir Joker,” kata Olip.
“Siapa sih
yang ga naksir cowo sekeren Joker??? Ha...ha...ha...” Ririn tertawa.
Teman-temanku
selalu berkata seperti itu padaku. Bukannya mereka marah karena aku dekat
dengan Joe tapi mereka jujur dan mengaku suka pada orang yang juga aku sukai.
Mereka benar, aku memang beruntung karena bisa akrab dengan Joe. Semuanya
membuat aku tambah optimis saja, dalam waktu dekat Joe akan menyatakan
perasaannya padaku. Aku menunggu itu Joe.
Pagi awal dari
hari anehku. Joker tak menjemputku. SMS yang aku kirim juga tak ada balasan.
Akhirnya aku berangkat sekolah sendiri. Sampai di sekolah aku tak bertemu
dengan Joker. Hari ini dia bolos tanpa keterangan. Aku jadi merasa sepi,
meskipun ada Ririn dan Olip yang menemaniku bercerita, tapi tanpa Joker hari
ini, rasanya lain...
Sudah tiga
hari Joker bolos sekolah. Aku juga tak bisa menghubunginya. SMS yang aku kirim
juga tak pernah dibalas. Ingin aku pergi kerumahnya tapi aku tak punya alamat
rumahnya. Teman-teman yang lain juga tidak tau alamatnya. Aku putus asa. Joker
kemana? Kenapa tidak memberiku kabar apa-apa? Apa dia tidak sadar kalau aku
sangat rindu padanya?
Doaku
terkabulkan. Joe sekolah lagi. Tanpa menunggu aba-aba aku langsung berlari
menghampirinya. “Joe, kamu kenapa sih?” aku membentaknya, berharap dia akan
menjelaskan mengenai semuanya.
“Pagi-pagi
jangan bentak-bentak dong!!!” Joe balas membentakku.
“Joe kamu kok
bolos sih??? Sudah tiga hari ini...kamu kenapa? Terus, kalo aku telepon kenapa
ga nyambung-nyambung?” aku lontarkan segudang tanyaku.
Joe menatapku
marah. “Kenapa? Hah...Apa urusanmu? Kartika, jangan mentang-mentang selama ini
kita dekat, kamu jadi salah sangka padaku”
“Apa
maksudmu...?”
“Aku
menganggapmu temanku. Cukup. Tidak lebih!!!” Joker berteriak keras. Teman-teman
sekelas jadi mengerumuni kami, menjadikan kami tontonan seru yang siap menjadi
gosip selanjutnya.
Aku diam. Aku
sedikit kurang mengerti apa maksudnya. Padahal aku tak pernah mengatakan hal
itu padanya. Aku hanya bertanya dia kenapa bolos sekolah. Sungguh aku tak tahan
lagi, aku jadi ikutan marah padanya. “Hey...aku benar-benar tak mengerti. Aku
tak pernah bilang seperti itu padamu. Ha...ha...lucu sekali! Aku hanya peduli
padamu,” kataku.
“Tak pernah
kau bilangpun, aku sudah tau itu. Kau pasti suka padaku!”
“Bukan itu
masalahnya, kenapa kau bolos sekolah selama tiga hari? Apa kamu sudah bosan
belajar?”
“Diam!!! Kau
tak perlu turut campur apa masalahku! Berhenti untuk mendekatiku karena kamu
bukan tipeku”
Aku ingin
balas membentaknya tapi Ririn dan Olip cepat-cepat menenangkanku. Aku tidak
habis pikir apa yang menyebabkan Joker seperti ini. Lebih dari semua itu, aku
sakit hati, dia menolakku, membuangku. Aku bukan tipe cewe yang disukainya. Dia
sungguh membuatku bingung. Kenapa berubah secepat ini?
Entahlah, apa
Joker masih marah padaku atau tidak. Dia selalu menghindar dariku, tak pernah
bercerita padaku lagi. Satu hal yang semakin membuatku kecewa dia tak lagi
memanggilku Ica. Apa salahku padanya? Seingatku tak terjadi masalah apapun
sebelum dia bolos. Aku bingung setengah mati. Aku tak bisa mengerti tentangnya.
Siang itu,
sepulang sekolah, ada seorang cowo berseragam SMA lain menghampiriku. Aku tak
mengenalnya. Tapi dia benar-benar encariku dan ingin menceritakan sesuatu hal
penting padaku.
Aku Andre,
temannya Joe. Kamu Ica kan?” dia memulai pembicaraan.
Aku
mengangguk. “Kau bisa menceritakan tentang Joe padaku” tanyaku mendesaknya.
“Ya, memang
itu yang akan aku ceritakan. Joe sudah banyak cerita tentangmu padaku. Dia suka
kamu Ca...”
Aku terdiam.
“Tapi Joe sudah
punya pacar. Selama ini dia pacaran jarak jauh. Joe sayang banget sama
pacarnya. Tapi ada kamu yang membuatnya bimbang akan dua pilihan. Akhir-akhir
ini mereka sering bertengkar. Hampir putus...Tapi Joker memutuskan untuk baikan
dan minta maaf sama pacarnya.”
“Joe tak
pernah cerita apa-apa padaku. Aku juga ga tahu kalo dia suadah punya pacar. Ini
semua gara-gara aku. Aku selalu berharap lebih padanya...aku menyusahkannya...”
Tanpa aku sadari aku menangis.
“Dia bolos
tiga hari karena minggat dari rumah dan tinggal dirumahku. Mungkin dia stres
karena hubungan keluarganya sedang tidak baik. Semenjak itu dia jadi bersikap
tak jelas dan aneh padamu. Dia berusaha menghindarimu karena dia sudah membuat
pilihan yang tak akan diingkarinya. Mungkin untuk beberapa hari ini saja tapi
seiring berjalannya waktu dia akan kembali seperti biasa lagi.”
Cukup sudah
penjelasan yang telah membuatku mengerti akan hal ini. Entahlah, apa aku akan
membiarkan Joe pergi tanpa memberiku apa-apa lagi? Aku mengerti cinta itu tak
perlu dikejar. Cinta juga tak perlu dicari. Karena cinta akan datang lagi. Dan
tak ada yang bisa merubah hidupku meskipun cinta yang aku percaya sekalipun.
Aku akan memenangkan hidupku. Aku percaya ada cinta untukku. Tapi kenyataannya
cinta itu lari dariku.
Hari ini langit nampak mendung. Hujan
dihari Selasa sepulang sekolah. Aku menunggu hujan reda dengan seseorang.
Seseorang yang tak jauh tapi menjauhi hatiku. Kenapa sampai sekarang aku masaih
terikat rasa olehmu, Joe?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar